“Dalam dunia ini selalu ada yang berubah.” Bisiknya dengan suara pelan penuh harapan, “Aku ingin terjebak dalam keindahan, kebebasan dan kebahagiaan masa muda. Aku ingin merasakan lebih lama getaran kehidupan tanpa batas. Mendatangi tempat-tempat di seluruh dunia, bertemu lebih banyak orang hebat, dan memeluk setiap moment dengan hati yang semangat.”
Sal mengangkat kedua tangannya meraih sinar matahari yang hangat, membiarkan energi itu menyapu tubuhnya. Matanya terpejam, di barengi helaan nafas panjang. “What about you, Lail?”
Lail menoleh berbarengan dengan angin yang menerpa wajahnya. “Aku ingin menjadi seperti bunga yang tidak pernah layu, tetap menerkah dalam keindahan dan kehidupan yang tidak terbatas.”
“So, do you want to be forever young too?”.
“Bukan kah sejak dulu manusia selalu menginginkan keabadian? Tetapi apakah keabadian selalu indah? Bagi sebagian orang ‘to be forever young’ mungkin terdengar menarik. Tapi, apakah selamanya hal itu benar-benar membawa kebahagiaan? Bagaimana nasib orang-orang yang kurang beruntung di masa mudanya — seperti aku. Menghabiskan jam-jam berharga masa mudaku di balik meja kasir. Waktu yang seharusnya ku habiskan untuk mengejar mimpi-mimpi besar terpaksa terbuang untuk mengumpulkan uang demi membayar hutang keluarga.
Di bandingkan dengan want to be forever young. Aku lebih menginginkan waktu cepat berlalu Mungkin 3, 4 atau 5 tahun lagi episeode membayar tagihan hutang akan berlalu. Dengan begitu aku tidak perlu memikirkan bagaimana menghadapi rentenir yang berteriak-teriak di pintu rumah. Hingga membuat Nini ketakutan.”
Sal meraih tangan Lail, kemudian ia genggam. Saat itu dia sadar hidupnya dengan orang lain sangatlah berbeda. Keinginan pun tidak bisa disamakan.
“You did great as always, i’m proud of you. Semoga kamu seperti bunga yang selalu menebar keindahan. Keindahan yang memberikan kekuatan — abadi hingga tua nanti.”
“Aku senang bisa bertemu denganmu. Aku senang bisa mengalmu di masa mudaku ini. If to be forever young, can make me stay with you longer. Maka aku juga ingin menjadi muda selamanya. Hanya untukmu — hanya untuk bersamamu.”
“We can make our dreams come true together.”
“What do you mean?”
“Let’s grow old together. Live happily and be strong. Then explore the whole world together.”
Dalam keheningan alam, dialog mereka terdengar seperti doa yang dijawab oleh angin, membawa harapannya ke dalam keabadian yang mereka impikan.